Bumi kita ini usianya sudah semakin tua, udara sejuk, lingkungan sehat sudah semakin sulit dijumpai. Semakin banyaknya pembangunan industri-industri besar membuat paparan polusi semakin memenuhi ruang dibumi ini. Bukan tak mungkin jika lama-kelamaan jika hal tersebut terus dibiarkan dapat berpengaruh buruk untuk kesehatan kita. Menghirup udara kotor yang telah terkontaminasi seperti asap kendaraan bermotor sudah sejak lama diduga mampu meningkatkan resiko penyakit. Penelitian terbaru para ilmuan Amerika Serikat mengindikasikan. Polusi asap kendaraan mampu meningkatkan risiko timbulnya pembekuan darah dan penyumbatan di sistem pembuluh yang begitu mematikan.
Seperti dilansir dari BBC news Sharing Di Sini berbagi , para peneliti dari Harvard School of Public Health menemukan bahwa paparan terhadap debu partikulat, zat kimia hasil pembakaran fosil, dapat memicu timbulnya thrombosis pada pembuluh darah vena di bagian dalam (DVT) atau yang biasa disebut penggumpalan pada pembuluh darah pada bagian kaki. Bahkan, beberapa riset terdahulu yang pernah di selenggarakan, telah mengindikasikan bahwa debu partikulat juga dapat meningkatakan resiko serangan penyakit jantung dan stroke. Para peneliti juga mengungkapkan, debu polutan juga dapat menyebabkan darah menjadi kental dan cenderung lebih mudah membeku atau menggumpal. Dari sanalah, para ilmuan Harvard mengambil kesimpulan setelah meneliti responden sekitar 2.000 orang Italia, yang 900 orang diantaranya mengidap DVT.
Namun satu hal yang perlu diwaspadai dari ancaman DVT ini atau penggumpalan darah yang terjadi pada area sekitaran kaki dapat berpindah ke paru-paru. Pada organ pernapasan ini, darah yang menggumpal akan terkumpul dan terkunci sehingga dapat menyebabkan timbulnya emboli paru-paru yang mematikan. Meningkatnya resiko DVT bisa dipicu jika seseorang melakukan perjalanan jauh namun tubuh tidak mengalami pergerakan yang berarti, misalkan seperti saat naik pesawat selama berjam-jam. Akitivitas anda dalam pesawat hanyalah duduk, keadaan seperti inilah yang dikhawatirkan dapat meningkatkan resiko seseorang terkena DVT. Selain itu, DVT juga bisa saja menyerang meraka yang kebanyakan aktivitasnya dihabisakn dengan duduk berjam-jam tanpa ada olahraga, seperti duduk didepan computer di kantor dalam waktu yang tak sebentar.
Dalam penelitian ini, para ilmuwan mengumpulkan data tingkat polusi dari sejumlah kawasan tempat tinggal para responden. Setelah itu, para peneliti lantas menemukan, mereka yang terpapar debu partikulat dalam jumlah tinggi dalam kurun waktu satu tahun didiagnosis cenderung mengidap masalah penggumpalan darah. Sebagaimana dimuat dalam Archives Internal Medicine menjelaskan, bahwa setiap adanya peningkatan debu partikulat yang masuk ke dalam tubuh sebanyak 10 mikrogram per meter persegi, hal tersebut sama halnya dengan meningkatkan risiko mengalami DVT sebanyak 70 persen.
Menurut panduan medis secara umum, kualitas udara yang baik seharusnya memiliki debu partikulat tidak lebih dari 50 mikrogram permeter persegi, lebih dari ukuran tersebut, udara dikategorikan sebagai udara yang telah terkontaminasi yang jika masuk ke dalam tubuh dan menggumpal artinya tidak akan baik untuk kesehatan. Menghindari polutan yang telah mencemari sebagian besar ruang gerak kita memang terbilang sulit. Namun dengan melakukan beberapa hal kecil seperti membiasakan menggunakan masker, olahraga secara teratur sedikitnya dapat meminimalisir resiko terkena DVT.