pendahuluan
mungkin banyak dari kita berpikir apakah diluar sana ada makhluk cerdas atau kehidupan lain seperti mikroba di luar sana yang sering kita sebut dengan alien apakah semua itu ada dan nyata? wallahu alam sampai sekarang tidak diketahui apakah alien itu adalah jin yang menyamar atau memang benar benar makhluk cerdas yang berasal dari luar angkasa mari kita bahas misteri ini bersama-sama dalam artikel ini
kemungkinan adanya alien?
mungkin banyak dari kita berpikir apakah diluar sana ada makhluk cerdas atau kehidupan lain seperti mikroba di luar sana yang sering kita sebut dengan alien apakah semua itu ada dan nyata? wallahu alam sampai sekarang tidak diketahui apakah alien itu adalah jin yang menyamar atau memang benar benar makhluk cerdas yang berasal dari luar angkasa mari kita bahas misteri ini bersama-sama dalam artikel ini
kemungkinan adanya alien?
Ditemukannya fosil mirip manusia dengan kepala besar yang tak sebanding dengan kecil dan pendeknya tubuh membuat sejumlah media memberitakannya sebagai bukti adanya alien. “Bukti Keberadaan Alien Kembali Terkuak,” demikian judul yang dirilis Okezone, Sabtu (9/5/2015).
Fosil itu diklaim ditemukan pada tahun 1947 di wilayah Meksiko. Fosil tersebut kemudian dibawa Bernard Ray dan sempat ditampilkan dalam sebuah film berjudul Kodachrome. “Alien” tersebut diduga tewas akibat kecelakaan Roswell UFO.
Lepas dari benar tidaknya berita dan analisa tersebut, adakah alien dalam pandangan Islam? Pertanyaan ini pernah diajukan kepada sejumlah ustadz pengasuh syariahonline.com.
“Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Tuhan Yang Maha Mencipta. Makhluknya tak terhingga banyaknya. Sebagian dari makhkuk itu ada yang kita kenal dan ketahui, tapi begitu banyak jenis makhluk Allah lainnya yang kita tidak kenal dan tidak kita ketahui,” demikian situs konsultasi syariah itu mengawali jawabannya.
“Apalagi bila bicara tentang alam ghaib, maka lingkup pembicaraan kita semakin luas lagi. Allah memang mewajibkan kita untuk percaya atas keberadaan makhluk ghaib sebagaimana disebutkan di dalam surat Al-Baqarah ayat 2-4. Tentu saja bila dikaitkan dengan makhluk ghaib yang jenisnya pun beragam, adanya makhluq asing di ‘langit’ (baca: di luar bumi) menjadi sesuatu yang bukan mustahil. Tapi bila alien yang dimaksud adalah makhluk biologis yang cerdas, secara ekslpisit Al-Quran memang tidak menyebutkannya. Meski tidak berarti tidak ada isyarat ke arah itu sama sekali,” lanjutnya.
Berikutnya, syariahonline menyebutkan empat riwayat dan nash yang secara implisit memungkinan tentang adanya makhluk hidup di luar bumi. Salah satunya adalah firman Allah dalam surat Ar Rahman ayat 33.
يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانْفُذُوا لَا تَنْفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ
”Hai jama‘ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.” (QS. Ar Rahman: 33)
Berdasarkan ayat ini disimpulkan bahwa ada indikasi kehidupan di luar sana. Namun, ayat ini bukanlah dalil bahwa Islam memastikan adanya alien. Hanya Allah Azza wa Jallan yang mengetahui yang sebenarnya. Wallahu a’lam bish shawab.
teori mengenai alien
secara pandangan masyarakat umum alien dibagi menjadi 2 yaitu a. alien tiu adalah jin dan b. alien itu adalah makhluk yang benar-benar berasal dari luar angkasa
A. alien adalah jin
ini adalah salah satu sumber yang saya kutip dari salah satu blog yang ada di internet dan teori ini biasanya dipercayai oleh kaum flat earth
Saya ingin mengajak kaum muslimin untuk ikut bertafakur dan berfikiran jernih tentang fenomena alien pada dunia nyata. Bagi saya alien itu sebenarnya adalah jin yang menyerupakan diri kedalam bentuk yang dikhayalkan manusia. Jin tidak bisa menampilkan bentuk aslinya, karena Allah telah menciptakan mereka tidak dapat di lihat manusia dalam bentuk aslinya, tapi jin dapat menyerupakan dalam bentuk lain. Apakah roh gentayangan, kuntilanak, genderowo. Bahkan terkadang ular, anjing. Maka salah satu penampakan jin lainnya adalah alien.
Jin diberikan kemampuan menembus langit dan bumi, bergerak sangat cepat. Tapi mereka tidak diberikan keistimewaan berupa kemuliaan. Sehingga mereka senang jika manusia tertarik ataupun takut dengan keberadaannya.
Jadi, sangat sayang sekali jika kita menyibukkan diri dengan berbagai subhat tersebut.
Sekarang coba kita renungkan bersama begini,
Fenoma Alien sudah berlangsung sangat lama sekali dan bertahun – tahun yang lalu.
Pertama, Jika seandainya mereka itu musuh, mungkin mereka sudah melakukannya bertahun – tahun yang lalu untuk menginvasi (menyerang) bumi.
Kedua, Tapi jika mereka teman, mereka pasti akan berfikir seperti kita sebagai manusia yaitu berusaha berkomunikasi, berusaha mencari pemimpin dunia manusia sehingga bisa saling bertukar informasi.
Apalagi sering di analogikan alien itu selalu lebih canggih teknologinya dari manusia, maka dua hal diatas bukanlah suatu hal yang sulit.
Dan tidak ada hal yang ketiga, kecuali sebenarnya bahwa mereka bukan suatu makhluk yang jauh dari kita, tapi makhluk yang telah lama hidup dengan manusia dan yang paling dekat dengan kebenaran bahwa mereka adalah jin.
Alasan lainnya, jika mereka alien adalah makhluk berakal dan berteknologi tinggi, maka otomatis mereka pun akan mendapat beban untuk beribadah kepada Allah dan pasti telah diutus Nabi dan Rosul diantara mereka. Maka pastinya, orang beriman diantara mereka akan berusaha berkomunikasi dengan orang beriman diantara manusia.
Artinya alien itu sebagaimana jin, pasti akan menemui Rosulullah SAW, karena dikalangan jin pun ada Nabi dan Rosul, tapi pada akhirnya Nabi dan Rosul bagi jin adalah Rosulullah Muhammad Shalallahu’alahi was salam, makanya mereka mendatangi Nabi Shalallahu’alahi was salam untuk beriman kepada beliau sebagai Nabi terakhir dan penutup.
Maka seharusnya, Rosulullah Shalallahu’alahi was salam sudah memberitakan kepada umatnya adanya makhluk lain, seperti alien yang mendatangi beliau, sebagaimana ada hadist dari Rosulullah yang memberitakan beliau ditemui sekelompok jin dan beliau berdakwah kepada mereka.
Jadi kesimpulannya, Alien itu sebenarnya adalah jin yang menyerupakan diri dan hendak menipu manusia.
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyaat : 56)
“Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.” (QS. Al-A’raf: 27).
“Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayatKu dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? Mereka berkata: “Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri”, kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir.” (QS. Al An’am : 130)
“Dan (ingatlah) hari diwaktu Allah menghimpunkan mereka semuanya (dan Allah berfirman): “Hai golongan jin, sesungguhnya kamu telah banyak menyesatkan manusia”, lalu berkatalah kawan-kawan meraka dari golongan manusia: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya sebahagian daripada kami telah dapat kesenangan dari sebahagian (yang lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami”. Allah berfirman: “Neraka itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)”. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-An’am : 128)
“dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya).” (QS. Al-Jin : 9)
(KF-BAS/MF/ sumber: http://m-irsyad.blogspot.com)
b. alien adalah makhluk yang berasal dari luar angkasa
nah {ok} ini adalah teori yang paling banyak dipercayai oleh orang orang zaman sekarang termasuk pendakwah terbesar di dunia dr zakir naik dan channel youtube islami paling besar di dunia yaitu merciful servant berikut adalah kutipan yang saya ambil dari salah satu blog yang ada di internet
"Di antara tanda-tanda-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan makhluk-makhluk yang melata Yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya." (Assyura, 29).
Sejak mula peradaban, langit tak pernah berhenti membuat takzim manusia. Terlebih ketika miliaran noktah-noktah kecil berkilau dilatari hitam pekat saat malam tiba.
Manusia kemudian paham bahwa sedianya yang berkilau di langit malam tersebut adalah serupa matahari. Sedangkan Bumi adalah bagian kecil saja dari alam semesta yang luasnya tak terkira. Pertanyaan yang kemudian mencuat, apakah hanya Bumi semata wayang yang ditinggali makhluk hidup cerdas seperti manusia?
"Sangat mungkin ada, baik kehidupan cerdas maupun kehidupan tingkat rendah seperti mikroba, serangga," kata Fan Fan Darmawan, seorang warga Bandung, Jawa Barat, ketika ditanyai Republika.co.id terkait kemungkinan tersebut.
Jawaban itu tak aneh datang dari Fan Fan. Sebab, ia adalah juga anggota BETA-UFO, kelompok yang giat mengamati fenomena-fenomena penampakan benda terbang tak dikenal.
Fan Fan tak asal yakin. Ia kemudian memaparkan bagaimana kemungkinan tersebut mengambil tempat dengan mengutip teori Frank Drake, astronom AS yang menginisiasi pembangunan penerima pancar raksasa untuk mencari
sinyal dari peradaban di planet lain.
Pada 1961, Drake menelurkan yang namanya Persamaan Drake. "Ringkasnya, jika total bintang dan rentang waktu alam semesta ini dihitung, dan kita ingin mencari kemungkinan keberadaan makhluk sejenis manusia, maka probalitasnya mencapai angka lebih dari 10 ribu jenis kehidupan di luar sana, sejak Big Bang sampai saat ini," kata Fan Fan.
Untuk menggali lebih dalam soal kemungkinan adanya kehidupan di planet lain, Republika.co.id menanyai Dr Taufiq Hidayat, guru besar studi Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB). Mantan Kepala Observatorium Bosscha di Lembang, tersebut adalah satu dari empat orang Indonesia yang namanya diabadikan sebagai nama asteroid.
Taufiq menuturkan di kalangan ilmuwan ada dua mazhab besar terkait kehidupan di planet lain. Yang pertama mengambil sikap optimistis, seberangnya pesimistis.
Para pendukung mazhab optimistik menyandarkan keyakinan mereka pada luasnya alam semesta. Taufik mengumpamakan, di galaksi Bima Sakti tempat kita bernaung, ada setidaknya 200 miliar bintang. Dari jumlah itu, ada sejumlah besar fraksi bintang yang mirip dengan matahari dan memiliki planet-planet.
Bima Sakti hanyalah satu dari 170 miliar galaksi yang telah dipetakan sejauh ini. Masing-masing galaksi memiliki minimal 10 juta hingga seratus triliun bintang. "Dan satu persen saja dari miliaran bintang itu jumlahnya banyak sekali," kata Taufiq.
Sebab itu, kata Taufiq, para penganut mazhab itu meyakini kemungkinan besar memang ada planet mirip bumi yang ditinggali makhluk hidup. Bahkan, mereka juga percaya kehidupan-kehidupan di luar Bumi melimpah ruah.
Sementara mazhab pesimistis berargumen dengan melihat kondisi di Bumi. Mereka mempertimbangkan bahwa hal-hal yang menopang kehidupan di Bumi sangat banyak dan spesifik.
Taufiq memisalkan kondisi pratektonik, kandungan atmosfer, air, udara, jarak yang tepat dari bintang tempatnya menginduk, keberadaan bulan sebagai satelit penyeimbang, dan banyak lagi lainnya.
Intinya, dalam satu dan lain hal, Bumi memang istimewa. Para penganut maszhab pesimistis meyakini, sangat sulit menyamai gabungan kondisi-kondisi untuk menopang makhluk hidup, terutama yang berakal, seperti di Bumi.
Tapi ada juga jalan tengah. Menurut Taufiq, bisa jadi memang makhluk berakal tak tersebar secara melimpah di jagad raya. Meski begitu, yang lebih besar kemungkinannya adalah keberadaan jasad-jasad renik atau organisme bersel tunggal.
"Kalau saya pribadi percaya ada kehidupan cerdas di planet lain, tapi tak melimpah." Kata Taufiq. Dan kemungkinan pertemuan kehidupan-kehidupan cerdas tersebut, seperti di film-film fiksi ilmiah sejauh ini sangat kecil.
Sementara itu, pencarian secara ilmiah atas kehidupan cerdas maupun makhluk bersel tunggal belum membuahkan hasil. Pencarian dengan mencoba menangkap sinyal dari planet berpenghuni melalui program penerima pancar Search for Extraterrestrial Intelligence (SETI) oleh lembaga antariksa AS (NASA) belum mendapat balasan.
Sedangkan Square Kilometre Array (SKA), proyek teleskop radio untuk mencari sinyal kehidupan cerdas dari planet lain yang akan dibangun di Australia dan Afrika Selatan baru akan mulai memindai langit pada 2020 nanti.
Begitu juga teleskop luar angkasa Kepler yang diorbitkan NASA pada 2009. Hingga Januari 2015, teleskop yang tugasnya semata untuk mencari planet mirip Bumi itu telah menemukan 1.103 planet dari 440 tata bintang. Dari jumlah itu, baru tiga planet, yakni Kepler-438b, Kepler-442b, dan Kepler-452b yang terindikasi kuat berukuran serupa Bumi, mengorbit pada zona yang dapat ditinggali makhluk hidup pada sistem bintang masing-masing, dan mengandung air.
Pencarian makhluk hidup bersel tunggal di Mars juga baru akan dimulai. Demikian juga pencarian sejenis kehidupan di Europa, satelit planet Jupiter yang diduga memiliki lautan.
Tapi bagaimana kalau jawaban soal tersebut tak semata bisa ditemukan di luar angkasa? Bagaimana kalau setidaknya isyarat-isyarat terkait adanya kehidupan lain di luar angkasa ternyata sudah berdiam di rak-rak buku rumah-rumah kita?
Amal Elmohtar, seorang penulis fiksi spekulatif pemenang rerupa penghargaan menuturkan kepada Republika.co.id melaui surel bahwa ide soal keberadaan makhluk hidup di planet lain bukan ide yang asing dalam khasanah sastrawi Arab. Perempuan keturuan Timur Tengah yang berdiam di Kanada itu kemudian menyinggung tentang Zakariya Alqazwini, seorang ilmuwan Arab yang hidup pada abad ke-13.
Alqazwini adalah seorang astronom dan penulis buku Aja’ib Almakhluqat wa Gharaib Almawjudat, sebuah buku kosmografi yang jadi rujukan pada zamannya. Ia juga pernah menulis sebuah buku yang digadang-gadang sebagai salah satu karya fiksi ilmiah paling awal berjudul Awaj bin Anfaq. Dalam buku tersebut, Alqazwini mengisahkan tentang seorang penghuni planet lain yang mengunjungi bumi di masa depan.
Ilmuwan tersebut banyak mengutip penemuan ilmuwan lain untuk menguatkan posisinya soal hal tersebut. Tapi yang juga jadi inspirasinya adalah ayat-ayat dalam Alquran. Ayat ke 29 surat Assyura yang dikutip di muka tulisan ini bisa jadi salah satunya.
Di Indonesia, salah satu tafsir yang menguatkan indikasi keberadaan makhluk hidup di luar angkasa melalui ayat tersebut adalah Tafsir Alfurqan karya Ahmad Hassan (1887-1958). Tafsir tersebut ia tulis dalam rentang 1920 hingaa 1950-an. Saat ini, Tafsir Alfurqan adalah pegangan ormas Islam Persatuan Islam (Persis).
Terkait ayat ke-29 Assyura, begini tafsir Ahmad Hassan dalam cetakan versi 1956: "Ini berarti bahwa di langit-langit (di bintang-bintang) ada benda hidup jang merajap. Allah berkuasa mengumpulkan machluq-machluq itu sesudah matinja di hari Qijamat."
Ada pula tafsir Ahmad Hassan tentang Assafaat ayat 5: "Tuhan bagi tempat-tempat terbit matahari itu bisa diartikan, bahwa bumi-bumi jangmendapat tjahaja dari matahari seperti bumi kita ini ada banjak. Tiap-tiap bumi itu mempunyai masjriq (tempat terbit) dan maghrib (tempat terbenam). Djadi, artinja: Tuhan bagi semua bumi-bumi jang mempunjai masjriq."
Menarik dicatat bahwa keberadaan planet di luar tata surya yang mengorbit pada zona serupa Bumi baru terkonfirmasi pada 2011.
Pada waktu yang tak terlalu berjauhan dengan Ahmad Hassan, ulama asal Pakistan Abul Ala Al Maududi (1903-1979) berpendapat serupa. Dalam buku komentar Alqurannya, Tahfim ul Quran, pendapat Maududi terkait dua ayat di atas serupa dengan tafsir Ahmad Hassan. Namun, dalam buku yang disusun sejak 1942 hingga 1972 itu, Maududi berspekulasi lebih jauh terkait tafsir Surat Attalaq ayat 12.
Bunyi ayat tersebut, "Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu."
Dengan panjang lebar, Maududi menjelaskan, arti dari ayat tersebut adalah bahwa Allah telah menciptakan bumi-bumi lain yang dihuni oleh makhluk berakal seperti manusia dan makhluk-makhluk lainnya. "Dengan lain kata, gemintang dan planet-planet yang tak terhitung jumlahnya tak semuanya ditelantarkan. Tapi, seperti bumi, banyak di antaranya yang ditinggali," tulis Maududi.
Ia mendasari pendapat itu dengan mengutip Ibnu Abbas, salah satu sahabat Nabi Muhammad dan salah satu penafsir awal Alquran. Maududi mengutip kisah yang jamak diriwayatkan ulama-ulama terdahulu bahwa Ibnu Abbas mulanya enggan menyampaikan tafsir terhadap ayat tersebut karena khawatir keimanan umat Islam bakal terguncang.
Meskipun begitu, tulis Maududi, para penafsir klasik seperti Ibnu Jaarir Atthabari, Ibnu Abi Hatim Arrazi, dan Imam Baihaqi, juga mengutip keterangan tambahan dari Ibnu Abbas. "Dalam tiap-tiap bumi tersebut, terdapat rasul seperti Rasul kalian, Adam seperti Adam kalian, Nuh seperti Nuh kalian, Ibrahim seperti Ibrahim kalian, dan Isa seperti Isa kalian," adalah bunyi kutipan tersebut.
Sejumlah penafsir Alquran lain meragukan kutipan itu dan menegaskan bahwa semisal benar kutipan itu datang dari Ibnu Abbas, sumbernya bisa jadi dari tradisi Israiliyat. Namun, kata Maududi, keberatan-keberatan tersebut lebih didasari belum lengkapnya ilmu pengetahuan pada masa-masa terdahulu.
Maududi kemudian mengutip ahli tafsir abad ke-19 Mahmud Alalusi yang mengatakan "tak ada halangan intelektual maupun religius untuk mengambilnya (komentar Ibnu Abbas) sebagai kebenaran. Ia hanya berarti bahwa di tiap-tiap bumi, ada makhluk-makhluk yang menelusuri leluhur mereka seperti manusia menelusuri asal mulanya pada Adam."
Bagaimanapun, tafsir Alquran lahir sesuai zamannya. Sebab itu,Republika.co.id mencoba menanyai sejumlah ahli tafsir di Tanah Air soal isyarat keberadaan makhluk hidup di planet lain.
Dr Akhsin Shakho Muhammad, seorang pakar Ilmu Alquran jebolan Madinah sekaligus pendiri dan pengasuh Ma`had Darul Qur’an di Arjawinangun, Cirebon mengiyakan bahwa Alquran mengindikasikan keberadaan makhluk hidup lain di 'langit.'
"Jadi kalau kita lihat teks di Alquran memang demikian bunyinya.Dabbatun artinya makhluk melata. Artinya dia hidup," kata Akhsin merujuk pada surat Assyura ayat 29.
Hanya saja, menurut dia, kita belum mengetahui bentuknya hingga saat ini. Terkait hal itu, kata Akhsin, bisa diserahkan pada sejarah serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Yang jelas, ia menegaskan, umat Islam harus meyakini bahwa Allah memang menciptakan makhluk hidup di langit yang dalam Alquran disebut samawati.
Arti kata samawati, kata Akhsin, bisa berarti tingkatan-tingkatan langit. Bisa tingkat pertama, tingkat kedua dan seterusnya. Secara umumsamawati juga bisa diartikan sebagai bintang-bintang. Bahkan seluruh wilayah yang posisinya di atas bumi bisa disebut samawati.
Penulis Tafsir Almisbah Quraish Shihab mengiyakan pendapat tersebut. Ia mengatakan, Alquran biasanya menyinggung makhluk yang tersebar di langit dan di bumi dengan bahasa maa fil samawati wa ma fil ardh.
Makhluk-makhluk yang dimaksud tersebut, merunut pengertian kata dia, adalah makhluk-makhluk berakal.
"Hanya saja tidak spesifik disebutkan seperti apa makhluk-makhluk tersebut," kata Quraish Shihab. Menurut dia, sebagian ulama menerjemahkan makhluk-makhluk berakal tersebut sebagai malaikat atau jin.
Meski begitu, seperti Shakho, Quraish menyatakan bahwa Alquran juga menyebut dabbah untuk makhluk-makhluk yang disebar di langit merujuk pada Surat Assyura 29. "Kata itu merujuk pada makhluk yang bergerak," kata Quraish Shihab. Jangkauan kata itu, kata Quraish Shihab, bisa merentang dari binatang besar hingga jasad renik.
Hal tersebut, Quraish menambahkan, sedianya sejalan dengan penemuan para ahli astrobiologi bahwa ada makhluk-makhluk yang bisa bertahan hidup dengan kondisi-kondisi tak seperti bumi di rerupa benda luar angkasa.
Pada akhirnya, kata Quraish, semisal nantinya pencarian ilmiah membuktikan bahwa ada organisme-organisme hidup di planet lain, umat Islam sejatinya tak perlu terguncang imannya. Bahkan, melalui isyarat-isyarat dalam Alquran, umat Islam bisa ikut membenarkan penemuan-penemuan tersebut.
"Jadi, yang kita dapatkan adalah kepercayaan berganda, dari penelitian ilmiah, dan dari kitab suci," katanya
c. penampakan alien
ada sebuah insiden di new mexico amerika serikat yang menggemparkan dunia .Insiden yang terjadi di new Mexico pada tahun 1947 ini menggemparkan dunia. Namun, sayangnya, pihak pemerintah berusaha keras untuk menutup-nutupi kejadian ini. Bahkan, pemerintah tak segan untuk mengintimidasi para saksi mata yang melihat jatuhnya ufo ke bumi. Namun, lambat laun para saksi mata ini berani angkat suara.
Bahkan, insiden Roswell kembali menghangat pada tahun 1980-an. Mayor Jesse Marcel yang merupakan saksi dari kejadian Roswell pun membeberkan fakta bahwa memang yang jatuh pada tahun 1947 adalah piring terbang dan bukan balon cuaca seperti yang dikatakan oleh pemerintah. Bahkan, mayat dari alien yang mati tersebut juga diotopsi oleh pemerintah. Saking maraknya kejadian Roswell kisah ini pun dibuat serial televisi, buku novelnya, hingga dibangun pula museum alien di Roswell.
2. kesimpulan
ya setelah di tarik kesimpulan memang benar alien itu ada dan nyata namun apakah alien itu adalah jin yang menyamar atau makhluk cerdas dari luar angkasa kita tidak tahu dengan pasti karena pengetahuan yang gaib itu hanya milik allah SWT wallahu alam
3. sumber
- www.wikipedia.com
- www.okezone.co.id
- www.republike.co.id
- www.liputan6.co.id
- www.idntimes.co.id
- m-irsyad.blogspot.com
- www.syariahonline.com
- www.futurism.com
- www.rumaysho.com
- www.sains.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar